5 Tokoh Dapat Anugerah Kebudayaan Sumbar 2022, Ini Daftar Lengkapnya

×

5 Tokoh Dapat Anugerah Kebudayaan Sumbar 2022, Ini Daftar Lengkapnya

Bagikan berita
Jusuf kala memberikan penghargaan
Jusuf kala memberikan penghargaan

KLIKKORAN.COM - Pada Hari Jadi Sumatera Barat tahun 2022, sebanyak 5 tokoh di Sumatera Barat mendapatkan penghargaan anugerah budaya Sumbar 2022.Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Mantan Wakil Presiden Indoensia, Jusuf Kala pada Selasa 4 September 2022.

Salah seorang penerima anugerah kebudayaan Sumatera Barat tersebut adalah Arbi Samah yang diberikan pada kategori Maestro Seni di Tanah Air."Saya sebenarnya cukup kaget, ternyata Bapak (Arby Samah), menerima penghargaan dari pemerintah Sumatera Barat," ucap perwakilan keluarga, Anita Dikarina, Selasa (04/10/2022).

Baca juga: Liga 3 Zona Sumbar Siap Dihelat, 21 Tim Siap Rebut Tiket ke Tingkat Nasional
Dengan mata berkaca-kaca, anak kedua tokoh seniman Minang itu menuturkan, Anugerah Kebudayaan 2022 ini merupakan bentuk apresiasi Pemprov Sumbar atas jasa dan karya-karya ayahnya sebagai pelaku seni pematung abstrak pertama Indonesia.

Sebaliknya, dia juga tak menampik dan mengakui banyak karya seniman-seniman berdarah Minang lain yang tak kalah hebat, bahkan lebih dulu, atau generasi setelahnya. Hanya saja, dalam bentuk karya yang berbeda, seperti seni tradisi, seni pertunjukkan di Sumbar, dan lainnya."Selaku maestro seni rupa, apalagi pematung abstrak pertama Indonesia, bapak (Arby Samah) memang layak mendapatkannya. Tapi jika ada faktor lain dalam menerima penghargaan ini, saya tak tahu," ujarnya.

Jika dibaca dari berbagai catatan, tokoh maestro seni berdarah Minang bernama lengkap Arby Samah Datuak Majo Indo ini, lahir di Tanah Datar 1 April 1933 pada zaman Hindia Belanda. Dia memang dicatat sebagai seniman pematung beraliran abstrak pertama di Indonesia."Sekali abstrak maka tetap abstrak," itulah kalimat yang terkenal pernah diucapkan seorang Arby Samah semasa hidupnya. Berbekal kemampuan dan konsistensi dalam berkarya, Arby tak hanya pematung abstrak pertama di Tanah Air, sekaligus juga menara seni patung modern Indonesia.

Baca juga: ABTI Sumbar Gelar Pelatihan Pelatih dan Wasit Lisensi C, 40 Peserta Ikut Serta
Arby mulanya mengenyam pendidikan di Indonesisch Nederlansche School (INS) Kayu Tanam, Padang Pariaman. Ia bahkan juga pernah ikut angkat senjata sebagai tentara pelajar divisi INS Kayu Tanam, antara tahun 1948-1950. Setelah itu, dia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Solok Selatan.

Kemudian, Arby melanjut studinya ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta tahun 1953. Pada saat di ASRI yang kini dikenal Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta inilah, seorang Arby menimba ilmu melukis dan sketsa dari pelukis ternama, Hendra Gunawan.Ia memang lebih dikenal sebagai pematung dibanding melukis. Padahal, sejak dulu kedua aktivitas seni itu tetap berjalan beriringan. Semasa di ASRI Yogyakarta, dia juga pernah menjadi pelukis jalanan dengan lukisan-lukisan realis di titik ikon terkenal kota Yogyakarta, yakni Jalan Malioboro dan Stasiun Tugu.

Lukisan Arby dipuji banyak tokoh-tokoh seni Indonesia, seperti Sudarso, Widayat, Trubus, dan Hendra Gunawan. Karir seninya kian bersinar, hingga menggelar pameran tunggal di Galeri Lontar, Duta Fine Art Foundation, dan Galeri Nasional Indonesia. Karyanya, Minangkabau menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia.

Baca juga: Penyebab Jaringan Telkomsel dan IndiHome Sumbar Gangguan Hari Selasa 13 September 2022, Ternyata gegara Ini

Konsistensi Berbuah Manis

Tak ada pokok tanpa dihantam badai. Risiko hidup di dunia, banyak yang cinta banyak yang benci. Begitu pula hidup yang dirasai Arby Samah. Pada tahun 1955-1957, saat karirnya menanjak, karya-karyanya pernah dicaci-maki banyak kalangan seniman dari aliran realisme-sosialis.

Betapa tidak, mayoritas seniman lainnya tengah bergelut dengan karya seni realisme, alumnus ASRI Yogyakarta itu justru menemui jalan lain. Ia memulai sesuatu yang baru. Karya abstrak jadi pilihannya, kendati mengandung risiko banyak tak disukai orang, sulit dimengerti, dan juga tentu sulit dijual.Tak hanya seniman. Presiden Soekarno pun, bahkan menyatakan tak suka patung abstrak masa itu dalam acara pameran seni rupa Indonesia. Kendati badai begitu kencang, seniman berdarah Minang itu tak patah arang sedikit pun. Dia makin teguh, tetap konsisten, dan tak berpaling ke gaya yang lain.

Editor : Saridal Maijar
Sumber : 121451
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini