Cara Orang Sumatera Barat Menentukan Awal Puasa Ramadhan

×

Cara Orang Sumatera Barat Menentukan Awal Puasa Ramadhan

Bagikan berita
(ilustrasi: Pedro Slinger/pexels)
(ilustrasi: Pedro Slinger/pexels)

KLIKKORAN.COM -  Ramadhan adalah bulan suci dalam kalender Hijriah yaitu bulan kesembilan. Pada bulan ini semua umat Islam melakukan yang namanya Ibadah puasa, banyak amalan yang dapat dilakukan umat muslin pada bulan ini. Setiap amalan yang dilakukan pada bulan Ramadhan ini tentu memiliki keistimewaan tersendiri karena setiap pahala yang dilakukan akan dilipat gandakan.Setiap umat muslim diseluruh dunia pasti menanti-nanti akan datangnya bulan Ramadhan ini. Ada banyak umat islam yang memperbanyak ibadahnya pada bulan Ramadhan ini, karena pada bulan Ramadhan inilah menjadi momentum yang tepat untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan serta memperbanyak Ibadah.

Namun, di Sumatera Barat memiliki cara tersendiri menentukan awal puasa Ramadhan. Di Sumatera Barat ada dua aliran agama islam yang akan berbeda saat menentukan awal puasa Ramadhan dengan umat muslim umumnya.Dua aliran yang ada di Minangkabau yang tidak mengikuti awal puasa yang ditetapkan pemerintah, yaitu:

1. Aliran Jemaah Tarikat Naqsabandiyah Aliran ini telah dahulu melakukan puasa Ramadhan. Aliran Jamaah Naqsyabandiyah mulai masuk dikawasan Sumbar pada tahun 1885, aliran ini tersebar dibeberapa daerah Pesisir Selatan, Pasaman dan lainnya. Jemaah Naqsabandiyah memulai ibadah puasa mengacu pada hitungan Hisab Qomariyah dalam Kitab Munjid. Penghitungan permulaan puasa dihitung lima hari setelah awal puasa tahun sebelumnya.

Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat utama dari ajaran tasawuf sunni. Namanya berasal dari Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi. Para guru Naqsyabandiyah menelusuri garis keturunan mereka hingga nabi Muhammad melalui Abu Bakar ( khalifah pertama Islam)  dan Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat Islam). Ajaran Syafei yang merupakan salah satu murid Nabi Muhammad SAW yang diikuti aliran Jamaah Naqsabandiyah.2. Aliran Jemaah Tarikat Syattariyah

Menurut aliran Syattariyah menetapkan awal Ramadhan dengan cara melihat Bulan dengan mata telanjang di sepanjang pantai ulakan. Jadi jika bulan bisa dilihat pada hari itu maka keesokkan harinya semua umat yang mengikuti aliran ini melaksanakan puasa. Ajaran tarikat Syatariah yang dibawanya ke Minangkabau yang kemudian berkembang luas oleh Syekh Burhanuddin merupakan seorang ulama dan pengembang agama Islam yang besar peranannya di Minangkabau.Beliau ialah tokoh pengembang islam di Minagkabau dan merupakan ulama yang sangat terkenal sampai sekarang. Makam beliau ada di Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, banyak orang yang melakukan ziarah ke makam beliau.

Pengikut aliran Jemaah Syattariyah banyak tersebar di kawasan Padang Pariaman, Sijunjujung, Batusangkar, Solok dan lainnya. Pusat penyebaran aliran ini ialah di kabupaten Padang Pariaman.Selain kedua aliran tersebut, sebagian orang Sumatera Barat atau Masyarakat Minang juga mengikuti awal puasa Ramadhan yang ditetapkan pemerintah melalui Nahdlatul Ulama (NU).

Momen yang Paling Dirindukan saat Ramadhan bagi Masyarakat Minangkabau

[caption id="attachment_145629" align="alignnone" width="801"]Momen yang Paling Dirindukan saat Ramadhan bagi Masyarakat Minangkabau (foto: Mesjid Raya Sumatera Barat/wikimedia)[/caption]

Setiap akan mendekati bulan Ramadhan, pasti tentunya ada momen-momen yang dirindukan ketika bulan ramadhan.Selain sahur dan berbuka tentunya masih banyak momen yang dirindukan saat bulan Ramadhan. Sholat Tarawih hal yang paling teristimewa saat melakukan ibadah puasa dibulan ramadhan, hukum tarawih sunnah walaupun demikian sangat rugi jika shalat tarawih dilewatkan karena hanya pada bulan ramadhan inilah pelaksanaan sholat ini.

Selain yang diatas ada juga beberapa hal yang tentunya dirindukan pada bulan Ramadhan, sebenarnya ini tidak asing lagi bagi umat yang menjalankan ibadah puasa. Ada beberapa momen yang dirindukan saat Ramadhan oleh masyarakat Sumatera Barat, seperti;1. Berziarah kemakam orang tua atau kakak/nenek dengan makan bajamba

Biasanya ini dilakukan menjelang bulan Ramadhan datang, ini juga menjadi hal wajib yang dilakukan disetiap tahunnya. Biasanya di Wilayah pariaman dan kabupaten padang pariaman biasanya ziarah kubur dilakukan secara serentak satu kaum dan disanalah juga diadakan mandoa bersama labia-labia dan dilanjutkan dengan makan bajamba.2. Tradisi Balimau

Editor : Saridal Maijar
Sumber : 145620
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini