Kau, akhirnya hadir dalam bentuk polusiMenarik sadarku, ke pusara matamu.
Terhuyung-huyung semesta nuranimendapati gemerlap sungai bintang di siang hari
jiwa ku mabuk menelan haram dari rindu yang tersuling waktu.Mengenangmu, tak akan pernah jadi hal sederhana
Baca juga: 20 Puisi Hari Kemerdekaan HUT RI ke-77 Karya Sastrawan Nusantara Terbaikterutama kali ini,
kau hadir disaat aku sedang hampa-hampanya.Seperti pergerakan iklim,
yang tidak lagi petani bisa prediksi,langkah gerakmu pun tak bisa mampu aku tebak.
Hatimu ladang dengan berjuta varietas tanaman pangan yang siap menghidupimuTanganku hanya penggenggam benih baru yang selalu kau anggap belukar di tepi sadarmu.Kau izinkan tumbuh untuk kau cabuti.Huh.
Kau biarkan meranggas untuk kau jadikan abu demi menyuburkan kepuasanmu.Kau subur! aku sabar.
Musim hujan terlalu lama hinggap dipelataran, membuatku semakin repot menenangkan anakmu yang begitu riang dipelukkecipak hujan.Sayangnya, badai besar dan banjir bandang sudah lebih dulu meruntuhkan ingatanku.
Editor : Saridal MaijarSumber : 105981