Tradisi Masyarakat Tanjung Barulak, Sampaikan Kabar Duka Dengan Tontong

×

Tradisi Masyarakat Tanjung Barulak, Sampaikan Kabar Duka Dengan Tontong

Bagikan berita
Alat Tontong yang berada pada ketinggian ditempatkan pada sebuah yang biasa disebut masyarakat Tanjung Barulak "Rumah Tontong"
Alat Tontong yang berada pada ketinggian ditempatkan pada sebuah yang biasa disebut masyarakat Tanjung Barulak "Rumah Tontong"

Tanah Datar - Seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi perlahan terjadi perubahan dalam penyampaian pesan dan perubahan gaya komunikasi ditengah-tengah masyarakat. Juga dengan adanya media-media komunikasi baru atau teknologi internet dianggap dapat mempermudah penyampaian pesan. Perubahan pola tersebut yang dianggap masayarakat lebih cepat dan praktis untuk menyampaikan informasi diera "Zaman Now".

Berbeda dengan masyarakat Minangkabau di sebuah Nagari yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat ini. Pergeseran dan kemajuan teknologi yang kian pesat, tidak mempengaruhi masyarakat Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Tanjung Emas khususnya dalam menyampaikan pesan keseluruh kampung atau Nagari apabila ada kabar duka dari warga masyarakatnya yang meninggal dunia.

Jika saat ini banyak masyarakat terutama muslim menyampaikan perihal warganya meninggal dunia melalui Toa atau speaker mesjid/ Mushalla atau berkabar melalui aplikasi media sosial, sangat berbeda dengan
Masyarakat Minang Tanjung Barulak Tanah Datar. Nagari ini masih terus menjaga tradisi leluhurnya saat menyampaikan kabar duka kepada masyarakat dengan mengunakan media/ alat yang mereka sebut "Tontong".

"Kami menyebutnya Tontong, alat yang berada diketinggian ini biasanya berada dipuncak bukit, sudah ada sejak nenek moyang dahulu, bahkan semasa penjajahan dahulu. Selain digunakan untuk menginformasikan orang yang meninggal dunia, dulu juga digunakan untuk menginformasikan jika ada musibah atau bahaya, seperti memberi aba-aba jika ada penjajah yang datang, "ungkap salah seorang tokoh masyarakat Tanjung Barulak, Gindo Sati.

Sampainya, saat ini di Nagari Tanjung Barulak, tradisi berkabar mengunakan Tontong masih terus dilestarikan secara turun temurun. Tontong akan berbunyi dari puncak bukit atau rumah/ tempat Tontong itu berada, jika ada dari salah satu dari warga masyarakat Tanjung Barulak meninggal dunia.

"Jika diperkirakan saat ini, dari 18 jumlah kampung yang ada dan 4 suku di nagari ini, ada 10 buah Tontong yang masih terus memberi tahu khabar duka kepada masyarakat. Semuanya rata-rata berada di atas puncak bukit atau daerah ketinggian. Tiap-tiap Tontong memiliki petugasnya masing-masing yang telah memahami bagaimana cara memukul dan menghasilkan nada Tontong berdasarkan kabar yang akan disampaikan kepada masyarakat, "cerita Gindo Sati.

Lanjutnya, Tontong adalah sebuah alat tradisional bentuknya seperti bambu kentongan ronda, namun sangat berbeda bahan dasar pembuatannya. Tontong di nagari Tanjung Barulak terbuat dari kayu pohon nangka pilihan, yang kemudian ditengahnya dibuat lubang dengan cara dipahat.

"Ukuran Tontong biasanya sekitar tinggi 1 meter dengan diagonal l60 cm, dan bagian dalamnya terdapat lubang sebesar kira-kira 20 x 70 cm. Pemukul Tontong juga terbuat dari kayu, Tontong ini selalu berada pada tempat ketinggian di kampung ini, dan biasanya sampai mencapai ketinggian 500 meter dari permukaan kampung, " sampainya.

Katanya, Masyarakat Nagari Tanjung Barulak yang telah lama menetap di kampung, jika mendengar bunyi Tontong ini, biasanya telah mengetahui dari suku/ kaum atau dari jorong (kampung) mana kabar duka tersebut datang, dengan hanya mendengar dan memperhatikan asal dan arah datangnya bunyi Tontong tersebut.

Sementara itu salah satu ninik mamak pimpinan Rumah Gadang Malayu Nan Salapan biasa di panggil Godang, mengatakan bahwa orang yang bertugas membunyikan Tontong adalah orang yang dipilih dari kampung atau suku yang ada.

Editor : Saridal Maijar
Sumber : 26653
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini